Sejarah Desa

Desa Maguan terletak di Kecamatan Ngajum Kabupaten Malang dan berjarak sekitar 10 km ke arah barat laut dari Ibukota Kabupaten Malang di Kepanjen atau berada di sisi tenggara kaki Gunung Kawi. Berada pada posisi geografis 112 31'07.59" s/d 112 32'31.56" BT dan 8 02'31,84" s\d 8 04'50,19" LS. Batas-batas desa di sebelah utara dan sebelah timur sisi utara adalah Desa Balesari dan di sebelah timur sisi selatan adalah Desa Ngasem dan di sebelah selatan dan sebelah barat adalah Desa Ngajum. Luas Desa Maguan kurang lebih 329 hektar atau 3,29 km2.

Desa Maguan terdiri dari 2 dusun, yaitu Dusun Maguan dan Dusun Ubalan serta terbagi menjadi 9 wilayah Rukun Warga (RW). Sampai akhir bulan Maret 2017 jumlah penduduk yang tercatat adalah sebanyak 902 KK dan 3.053 jiwa yang terdiri dari 1.529 laki-laki dan 1.524 perempuan. 

Tutupan lahan di desa ini berupa lahan pemukiman, lahan pertanian, lahan perkebunan, dan lahan hutan. Elevasi permukaan tanah merupakan perbukitan yang berada pada ketinggian 402m hingga 636m dari permukaan laut. Permukaan tanah yang dapat dimanfaatkan sebagai permukiman dan pertanian.

Banyak dijumpai kolam-kolam pembibitan ikan lele di Desa Maguan. Pembibitan lele ini di bawah naungan UPR (Unit Pembenihan Rakyat). Lebih dari 100 warga telah menjadi anggotanya. Pengelolaan pembibitan lele ini telah mendapatkan penghargaan terbaik kedua tingkat nasional, pemasaran bibit lele ini sudah meluas hingga keluar provinsi.

Desa Maguan atau Magoean menyimpan sejarah yang cukup menarik, yaitu legenda Sapu Jagad. Raden Tumenggung Notodiningrat yang merupakan bupati kabupaten malang yang pertama (tahun 1819-tahun 1839) mempunyai putra yang bernama Raden Sutojoningrat atau Raden Sapu Jagad. Menurut cerita rakyat Raden Sapu Jagad dikenal sebagai pemeluk agama islam yang sakti, dengan kesaktiannya dia mampu memunculkan mata air hanya dengan menancapkan sebatang lidi, sada, atau sodo ke air ubalan. Konon beliau mampu membawa air dengan keranjang bambu dari mata air tersebut hingga ke perkampungan. Raden Sapu Jagad menghillang sejak dia dibawa oleh tentara Jepang. Jejak yang ditinggalkan adalah langgar atau mushola. Sebagian masyarakat percaya bahwa berdoa di langgar ini, maksud dan tujuannya lebih mudah dikabulkan.

Infrastruktur pelayanan kesehatan cukup tersedia dengan adanya polindes, di bidang pendidikan tersedia TK dan SD, di bidang prasarana air bersih telah tercukupi oleh sumber air yang ada, di bidang komunikasi telah terjangkau oleh jaringan seluler dan di bidang prasarana jalan tersedia, tetapi tetap perlu dilakukan pemeliharaan rutin.